Minggu, 27 Maret 2016

It takes a whole village to raise up one Child - Perlu seluruh desa untuk membesarkan seorang anak


Ada Sebuah Peribahasa Afrika “It takes a whole village to raise one child" yang berarti membesarkan seorang anak adalah usaha bersama sebuah komunitas/kampung, suka atau tidak, sadar maupun tidak sesungguhnya sebuah komunitas memberikan dampak pada seorang anak dalam komunitas tersebut selain orang tua, paman-bibi, kakek-nenek dan saudara-saudara sepupu, baik secara positip maupun negatip, perjuangan kami membesarkan anak-anak pantiasuhan tidaklah ringan, para pengasuh yang datang selain melayani anak-anak sebaliknya juga banyak belajar dari anak-anak kami untuk sabar dan mengasihi, didalam semua hal kami sungguh bersyukur bahwa Tuhan mengijinkan semuanya untuk kebaikan anak-anak kami agar mereka bertumbuh mengatasi semua tantangan komunitas ini dan sungguh kami berdoa agar mereka menjadi generasi baru pemimpin yang memberkati dan mengubah kepulauan Nias menjadi lebih baik dimasa mendatang, tantangan lingkungan adalah salah satu tantangan terbesar, misalnya mereka kami latih berjalan kaki ke sekolah pulang pergi (kurang dari 900 meter dari pantiasuhan) kadang ditemani pengasuh kadang tidak, ada saat-saatnya mereka dipukulin dan ditendang oleh anak-anak nakal di tengah jalan bahkan diejek dan diganggu oleh pemuda-pemuda berandalan, namun mereka tidak membalas namun mereka berdoa untuk anak-anak yang menganiaya mereka dijalan.
Mereka sedang belajar menyadari sejak dini masalah dalam masyarakat, mereka mengamati dan turut berdoa agar ada penampungan bagi orang gila yang sering ditemui mereka di jalan sampai beberapa tahun kemudian Tuhan jawab dengan panti rehabilitasi orang gila dan narkoba yang dirintis oleh seorang hamba Tuhan yang dipanggilNya dari Sumatera.



anak-anak antusias mengunjungi dan mendoakan orang gila di panti Rehabilitasi Yayasan Pemulikan Kasih Bangsa Nias

Dalam perj


Anak-anak dengan orang gila

alanan pergi atau pulang dari sekolah kadang mereka melihat orang kaya dan miskin yang lapar dan memerlukan makanan, dan lihat betapa sukacitanya mereka ketika diberi kesempatan membantu menanam di promiseland, karena telah belajar “kalau tidak bekerja jangan makan” bahkan mereka rindu mencukupkan makanan mereka sendiri bahkan mereka rindu memberi makan yang lapar, walau masih dalam keterbatasan pengertian sebagai kanak-kanak


Suasana mengolah tanah pantiasuhan di promiseland

Kami sedang menyiapkan lahan dengan traktor mini dan anak remaja panti sedang memotong ilalang




Anak-anak mengumpulkan potongan ilalang

Kutu-kutu dirambut teman sekolah mereka yang terbang dikepala mereka mengajar mereka saling mengurus kepala temannya bahkan pengasuh-pengasuh yang datang mengajar mereka,


Anak-anak saling mencari kutu bahkan pengasuhnya yang kena kutu dari mereka
Lingkungan pantiasuhan yang tidak menyediakan tempat pembuangan sampah membuat mereka kuat membawa sampah bahkan bertahun-tahun menggali tanah dan mengubur sampah ditanah pantiasuhan. (pemda belum berhasil menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai), dan beberapa kali anak-anak mulai terbiasa membersihkan tempat yang kotor tanpa disuruh, seperti saat mengantar tamu pulang, seorang anak kami masuk toilet dan merasa toilet bandara tidak bersih, otomatis tanpa disuruh mulai membersihkan toilet bandara (seorang sahabat yang datang ke nias sempat menangkap momen ini)

Seorang anak pantiasuhan yang kami ajak mengantar tamu yang pulang, sempat masuk ke kamar mandi bandara Binaka dan otomatis tanpa disuruh membersihkan kamar mandi tersebut (tertangkap kamera seorang sahabat yang datang)


Membersihkan lantai kamar mandi Bandara Binaka Gunungsitoli-Nias

Anak-anak membuang sampah ke tempat penampungan sementara walaupun tidak ada tempat sampah yang disediakan pemda (telah hilang entah kemana)


Membawa dan membuang sampah di penampungan darurat

ketiadaan air PAM (terabaikannya menyediakan air PAM oleh Pemda) membuat mereka berdoa untuk air hujan dan sungguh kami menyaksikan sering Tuhan menjawab dengan segera dengan curahan hujan dari langit, atau Tuhan punya sesuatu yang lebih baik yakni mengajar mereka menghargai air (menghemat, mengangkat air. Kemarin saya mengajar mereka pelajaran baru melalui pelajaran membersihkan sampah di pemandian umum seperti cerita berikut ini) :



Mengangkat air dari pemandian umum




Menaruh Jerigen air ke mobil pantiasuhan

Suasana pemandian umum

Sesekali anak-anak juga perlu mencuci baju dan mandi waktu kemarau di pemandian umum tak terlalu jauh dari pantiasuhan, membuat saya dan anak-anak menyadari betapa kotornya tempat tersebut, betapa tak bersyukurnya yang memakai pemandian umum dengan gratis karena sumbangan tempat mata air disamping rumahnya sebuah keluarga (Ina Rina) dan dibuatkan bak oleh bank Danamon sebelum gempa 2005, pengunjung dengan seenaknya membuang bungkus shampo, sabun, deterjen, plastik kresek, bungkus makanan/snack, kain robek dll, sehingga selama bertahun-tahun menumpuk menutupi saluran air bahkan menimbulkan genangan yang menjadi sarang nyamuk bagi keluarga penyumbang, walau sudah ditegur dan diperingatkan berkali-kali (bahkan ada papan pengumumannya) tetap saja seenaknya membuang sampah, akhirnya saya mengajak semua anak-anak pantiasuhan untuk membersihkan semua sampah-sampah tersebut sampai benar-benar bersih,sungguh perjuangan yang tidak mudah untuk sampah basah yang sudah tertumpuk bertahun-tahun dan dilakukan oleh anak-anak kecil bersama saya,didikan kami bertahun-tahun untuk menyapu, mengepel, mengambil dan membuang sampah mulai menampakkan hasilnya, dalam waktu tidak terlalu lama semua sampah disapu bersih, betapa bersyukurnya ibu pemilik tanah yang terberkati oleh kami, sampai ia membelikan makanan kecil buat anak-anak,ia sempat bertanya kesaya mengapa kalian lakukan ini? saya bilang kami telah memakai air disini dan sekarang liburan sekolah dan kami mau belajar bersyukur dan bertanggung jawab walau bukan kami yang membuang sampah disini, selain itu kami mengajar anak-anak tentang menjaga kebersihan lingkungan



Seoang bapak sebagai gambaran pengguna pemandian umum yang cuek

Walau telah ada papan pengumuman/peringatan tidak membuang sampah sembarangan, namun terbukti belum efektif mencegah hal ini, pemda juga belum berhasil menyediakan tong sampah apalagi mengangkut sampah dari tempat ini, semoga ada perubahan dimasa mendatang


Tumpukan sampah di pemandian umum

Anak-anak mulai mengambil sampah

Semua anak-anak terlibat untuk membersihkan sampah

Menyekop sampah dan menaruhnya di karung

Memungut sampah-sampah yang terakhir

akhirnya menyapu dan menuntaskan semua sampah yang ada




sampai akhirnya membawa karung-karung sampah tersebut ke pembuangan di tepi laut, perlu waktu 2 jam dan 3 kali bolak balik dengan mobil membawa semua sampah tersebut

Anak-anak sempat bertanya kepada saya mengapa mereka dipermalukan dan diketawain dan diejek beberapa orang dewasa yang kebetulan sedang mandi disana? saya katakan jangan malu karena berbuat baik, bukankah diantara banyak yang tak bersyukur masih Tuhan sisakan seorang ibu yang sadar dan ikut membantu menuangkan air untuk membersihkan tangan mereka yang kotor setelah mengambil semua sampah yang lebih dari 10 karung besar tersebut? sungguh senang bisa dipercaya diberi kesempatan dan dipercayaNya untuk terlibat dalam proses ini, sungguh benar perkataan seorang bijak, bahwa butuh sepuluh tahun menanam sebuah pohon, dan butuh seratus tahun untuk menanam manusia (sebuah generasi baru), semoga Tuhan memberi umur yang cukup buat saya untuk menyelesaikan bagian saya, amin

Kamis, 04 Februari 2016

KUNJUNGAN SAHABAT DARI JAUH

Terimakasih Pdt Daniel Friesen dari Eskimo (Nunavut) salah satu tempat terdingin di dekat kutub utara, dimana suhunya bisa mencapai minus 55-60 derajat celcius dimana tidak ada satupun pohon yang bisa tumbuh disana, namun PDt Daniel diutusNya kesana untuk membagikan kasih Tuhan buat masyarakat Eskimo disana, kali ini beliau datang ke Jakarta Indonesia dan sangat tertarik berkunjung
ke pulau Nias mengunjungi pantiasuhan kami, mereka telah menambah daftar panjang teman-teman dari seluruh dunia yang digerakkan oleh Tuhan Yesus untuk mengunjungi kami, mereka datang berbagi cerita dan melayani anak-anak, bermain bersama mereka dan sempat kotbah di 2 gereja di pulau Nias, segala kemuliaan hanya bagiNya.

Senta Leo's photo.

       Pdt Daniel & Pastor Liza berkunjung ke promiseland yang sedang dibangun


    Pdt Daniel sedang sharing "Bagaimana mempersiapkan prajurit Allah" di Gereja GKSI, Desa Boyo



     Anak-anak mendengarkan Pastor Daniel Friesen dan Pastor Liza Moreante sharing